Jumat, 08 Oktober 2010

Perbedaan pemilihan kata dalam penggunaan Bahasa Indonesia masyarakat Gorontalo

Walau bukan ahli bahasa, dalam posting kali ini, saya akan mencoba membuat analisis kecil-kecilan terhadap penggunaan bahasa Indonesia pada masyarakat Gorontalo. Hampir kurang lebih tiga tahun tinggal di Gorontalo, membuat saya tertarik untuk menulis hal tersebut

a. Pemilihan kata
Dalam Bahasa Indonesia terdapat banyak kata-kata yang artinya kurang lebih sama. Misal berbaring sama dengan rebah, berjalan sama dengan melangkah.
Tanpa undang-undang yang baku, dalam keseharian tanpa sadar kita telah memilih kata-kata tertentu untuk kalimat tertentu. Dan akan sangat janggal atau bisa juga terdengar lucu jika kata yang biasa kita gunakan diganti dengan kata lain yang artinya mirip tapi jarang digunakan.

Agaknya perbedaan jarak antara Indonesia barat dengan Indonesia tengah sedikit banyak telah menyebabkan perbedaan pemilihan kata yang saya maksudkan.

Sebagai contoh, kata parut dan cukur. Kedua kata ini memiliki arti kurang lebih sama. Tetapi masyarakat Indonesia bagian barat cenderung memilih kata parut untuk kelapa giling. Sedangkan masyarakat Gorontalo cenderung memilih kata cukur untuk kelapa giling.

Contoh kalimat untuk masing-masing kata tersebut; untuk masyarakat indonesia bagian barat adalah: " Ibu membeli kelapa parut". Sedangkan masyarakat Gorontalo akan berkata: " Ibu membeli kelapa cukur".

Bagi masyarakat Indonesia bagian barat tentunya sangat aneh bahkan terdengar lucu jika mengatakan kelapa giling sebagai kelapa cukur. Tetapi tidak halnya dengan masyarakat Gorontalo.

Kata lain yang hendak saya ambilkan contoh adalah kata bagus dan gagah. Untuk masyarakat Indonesia bagian barat akan memilih kata bagus untuk baju. Contoh kalimat: " Baju itu bagus". Sedangkan masyarakat Gorontalo akan mengatakan: " Baju itu gagah". Kedua kata tersebut sama-sama bertujuan menunjukkan keelokan. Tetapi rasanya akan terdengar janggal untuk masyarakat Indonesia bagian barat jika mengatakan gagah untuk baju. karena kata gagah lebih dikhususkan untuk menunjukkan sifat laki-laki yang jantan, bukan untuk barang.

b. Penambahan kata
Pada masyarakat Gorontalo, hampir semua kalimat berita ditambahkan kata ada di depannya. Contoh kalimat: " Ibu ada sholat", "dia ada bermain.

Contoh lain, untuk contoh kata yang digabungkan dengan kata ganti orang ketiga: " mobilnya", sedangkan masyarakat sulawesi utara akan mengatakan "dia punya mobil"atau biasa disingkat dp mobil. Jadi kalau dikatakan "mobil siapa itu?", masyarakat indonesia bagian barat akan mengatkan "mobilnya" sedangkan masyarakat sulawesi utara akan mengatakan "dp mobil".

sekian dulu posting kali ini, lain waktu mudah2n bisa ditambah lagi contoh lainnya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar